Blogger Widgets PSYCHOLOGY - KBK FILSAFAT: Pertemuan III : Epistemologi dan Kebenaran

Minggu, 21 September 2014

Pertemuan III : Epistemologi dan Kebenaran



Kamis, 18 September 2014
Hai semuaaa, materi yang hari ini dibahas mengenai epistemologi dan kebenaran. Saya akan mencoba untuk merefresh kembali apa yang sudah diberikan pada hari ini.

Pertama-tama saya akan menjelaskan mengenai epistemologi. 
Apa ada yang pernah mendengar istilah epistemologi ? 
Jika sudah, mari kita ingat-ingat kembali... Tapi untuk yang belum pernah, ayo kita belajar bersama. 
Saya akan mencoba menjelaskannya.


-Epistemologi-

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu). Jadi, epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter, dan jenis pengetahuan. Topik ini sering diperdebatkan dalam filsafat, misalnya tentang apa pengetahuan itu, bagaimana karakteristiknya, bagaimana macam-macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
                                                               
Epistemologi atau teori pengetahuan berhubungan dengan hakekat ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan diperoloeh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya : metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode komplematis, dan metode dialektis.

Berikut ini beberapa metode untuk memperoleh pengetahuan,
Metode untuk memperoleh pengetahuan
1. Empirisme
     Metode ini mendasarkan cara manusia memperoleh pengetahuan melalui pengamatan. Bapak Empirisme Britania, John Locke, mengatakan bahwa sewaktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa) dan didalam catatan itulah dicatat pengalaman inderawi.
2. Rasionalisme
     Rasionalisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan berada dalam ide. Jika kebenaran mengandung makna yang sesuai kenyataan, maka kebenaran hanya terdapat di dalam pikiran kita dan hanya diperoleh dengan akal budi saja. Tokoh yang menganut rasionalisme adalah Rene Descartes dengan semboyannya "cogito ergo sum" ( I Think Therefore I am )
3. Fenomenalisme
     Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Fenomenalisme dikaji dengan gejala-gejala yang terjadi. Bagi Kant, para penganut Empirisme benar jika berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan oleh pengalaman meskipun hanya benar sebagian saja. Akan tetapi, para penganut rasionalisme juga benar.

Epistemologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sesuatu secara kritis, normatif, dan evaluatif mengenai proses bagaimana pengetahuan itu diperoleh manusia.

Epistemologi juga memiliki beberapa sifat, yaitu ..
Sifat Epistemologi :
1. Kritis
→ Mempertanyakan/menguji cara kerja, pendekatan, kesimpulan yang ditarik dalam kegiatan kognitif manusia.
2. Normatif → Menentukan tolak ukur/norma penalaran tentang kebenaran pengetahuan.
3. Evaluatif → Menilai apakah suatu keyakinan/pendapat sesuai teori pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan dan dijamin kebenarannya secara logis dan akurat.

Dasar dan sumber pengetahuan :
1. Pengalaman manusia
2. Ingatan
3. Penegasan tentang apa yang disaksikan
4. Minat dan rasa ingin tahu
5. Pikiran dan penalaran
6. Logika → Berpikir tepat dan logis.
7. Bahasa → Ekspresi pemikiran manusia melalui tulisan/ucapan.
8. Kebutuhan hidup manusia → Mendorong terciptanya iptek.

Struktur ilmu pengetahuan
 Adanya 2 kutub yaitu :
1. Kesadaran/Subjek (S) → Berperan sebagai yang menyadari.
2. Objek (O) →Berperan sebagai yang disadari.
Adanya hubungan antara S dan O menghasilkan pengetahuan.

Teori kebenaran dalam pengetahuan :
1. Teori kebenaran korespondensi
Kebenaran akan terjadi bila subjek yakin bahwa objek sesuai kenyataannya. Kebenarannya bersifat subjektif.
Contoh : Saya melihat mobil berwarna hijau, dan kenyataannya memang mobil tersebut berwarna hijau.
2. Teori kebenaran koherensi
Kebenaran akan terjadi bila ada kesesuaian pendapat dari beberapa subjek terhadap objek. Kebenarannya bersifat objektif.
Contoh : Beberapa dokter merasa yakin dan benar bahwa penyakit pasien tersebut disebabkan oleh keracunan makanan.
3. Teori kebenaran pragmatik
Kebenaran akan terjadi bila sesuatu memiliki kegunaannya.
Contoh : AC berguna untuk mendinginkan ruangan.
4. Teori kebenaran konsensus
Kebenaran konsensus akan terjadi bila ada kesepakatan yang disertai dengan alasan tertentu.
Contoh : Beberapa dokter sepakat untuk mengoperasi pasien tersebut secepatnya karena keadaan usus buntunya sudah parah.
5. Teori kebenaran semantik
Kebenaran akan terjadi bila seseorang mengetahui secara tepat arti suatu kata.
Contoh : Aku dapat memahami secara benar dan tepat tulisan di artikel tersebut.

Sekian penjelasan mengenai epistemologi, sekarang kita akan mempelajari mengenai “kebenaran” ...
Kata "kebenaran" sudah tidak asing lagi untuk kita. Kita sering melihat di televisi pahlawan-pahlawan pembela kebenaran. Tapi biasanya kita hanya sekedar tahu saja. 
Sekarang mari kita mendalami tentang teori kebenaran.


Pengertian Kebenaran
     Kebenaran secara umum dapat diartikan sebagai kesesuaian antara apa yang dipikirkan dan dinyatakan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Suatu pengetahuan atau pernyataan disebut benar jika sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian, kenyataan merupakan suatu ukuran penentu penilaian.
     Kata kebenaran dalam bahasa Yunani adalah alétheia. Pengertian Plato tentang kebenaran secara etimologi bahwa alétheia berarti "ketersingkapan adanya". Jadi, menurut Plato bahwa selama kita terikat pada "yang ada", kita belum bertemu dengan kebenaran, karena "adanya" itu masih tersembunyi. Ketika selubung yang menutupi itu "semua yang ada" itu disingkapkan sehingga terlihat oleh mata batin kita, maka terbukalah "adanya" atau bertemulah kita dengan kebenaran.

     Kebenaran menurut konsep Plato terletak pada objek yang diketahui, atau apa ada yang dikejar untuk diketahui. Berbeda dengan Plato, Aristoteles berpendapat bahwa kebenaran lebih memusatkan perhatian pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subjek penahu ketika dirinya menegaskan suatu keputusan entah secara afirmatif atau negatif. Kebenaran ini dimengerti sebagai adanya kesesuaian antara subjek penahu dengan objek yang diketahui. Kebenaran menurut kaum Positivisme Logis dibedakan menjadi 2, yaitu kebenaran faktual dan kebenaran nalar.


Kebenaran Faktual

Kebenaran faktual adalah kebenaran tentang ada atau tidaknya faktual di dunia nyata yang sebagaimana dialami oleh manusia (biasanya diukur dengan dapat atau tidaknya secara inderawi). Kebenaran ini bersifat nisbi (tidak mutlak).
Kebenaran Nalar
Kebenaran nalar adalah kebenaran yang bersifat tautologis (pengulangan gagasan) dan tidak menambah pengetahuan baru mengenai dunia, akan tetapi dapat menjadi sarana untuk memperoleh pengetahuan yang factual. Kebenarannya didasarkan pada penyimpulan deduktif. Kebenaran ini bersifat mutlak. 

Selain kedua jenis kebenaran tadi, Thomas Aquinas membagi kebenaran menjadi 2, yaitu :

1. Kebenaran Ontologis 
Kebenaran ontologis adalah kebenaran yang terdapat dalam kenyataan, entah spiritual atau material, yang meskipun ada untuk diketahui. Misalnya : kebenaran tentang adanya Tuhan.

2. Kebenaran Logis
Kebenaran logis adalah kebenaran yang terdapat dalam akal budi manusia, dalam kebenaran logis ini harus ada kesesuaian antara akal budi dengan kenyataan.


Kedudukan kebenaran.
1. Kedudukan kebenaran pengetahuan dalam pandangan Plantonis (pengikut aliran Plato) lebih diletakkan pada obyek atau kenyataan yang diketahui.
2. Kedudukan kebenaran dalam pandangan Aristotelian (pengikut aliran Aristoteles) diletakkan pada subyek. Kedudukan dalam pandangan Aristotelian lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kedudukan kebenaran dari Kaum Eksistensial menyatakan bahwa kebenaran merupakan apa yang secara pribadi berharga bagi subyek konkrit yang bersangkutan dan pantas untuk dipegang teguh dengan penuh kesetiaan.
4. Kedudukan kebenaran ilmiah Bersifat secara eksternal terhadap subyek.
Dalam arti bahwa subyek secara langsung terlibat dalam perkara yang dinilai.

Kesahihan dan Kekeliruan
Kekeliruan berarti menerima sebagai benar apa yang dinyatakan salah atau menyangkal apa yang dinyatakan benar. Kekeliruan adalah segala sesuatu yang menyangkut tindakan kognitif subyek penahu, sedangkan kesalahan adalah hasil dari kekeliruan. Kekeliruan muncul akibat kegagalan dalam mengindentifikasi bukti yang tepat, menganggap bukti sudah mencukupi, padahal belum atau sebaliknya menganggap bukti belum cukup, padahal sudah. Kekeliruan dapat dikarenakan gegabah (tidak hati-hati) dalam menegaskan keputusan suatu perkara.

Faktor yang menyebabkan terjadinya kekeliruan :
1. Sikap terburu-buru dan kurang perhatian pada keseluruhan proses
2. Sikap takut salah takut salah yang keterlaluan atau sebaliknya sikap gegabah dalam melangkah
3. Kerancuan atau kebingungan akibat emosi, frustasi, perasaan yang entah menganggu konsentrasi atau membuat kurang terbuka terhadap bukti yang tersedia.
4. Prasangka
5. Keliru dalam penalaran atau tidak mematuhi aturan logika. 


Sumber: powerpoint dosen kbk filsafat pertemuan ke-3



Sekian untuk penjelasan mengenai epistemologi dan teori kebenaran ,semoga dapat dimengerti dan bermanfaat bagi para pembaca.. 
 

2 komentar:

  1. bagus nih bagus.. mantapp.. gambarnya yg prtama buatan sndiri ? Mantapp dehh ciaa.. ciaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya skalian promosi jual lukisan gt wkwkwkw sambil menyelam minum air

      Hapus